Dalam
tulisan ini saya akan ulas sedikit, apa itu nanoteknologi ?. Memasuki
abad 21 telah terjadi perubahan paradigma dalam memandang teknologi.
Saat ini sifat-sifat dan performansi material dapat direkayasa
sedemikian rupa sehingga menjadi lebih efektif, efisien dan berdaya
guna. Pada skala nanometer atau se-per-satu miliar meter (10-9
m), ternyata material memiliki sifat-sifat dan performansi serta
fenomena yang unik dan jauh lebih unggul dibanding pada skala mikro
meter (10-6 m). Dengan nanoteknologi, material dapat didisain
dan disusun dalam orde atom-per-atom atau molekul per- molekul
sedemikian rupa sehingga tidak terjadi pemborosan yang tidak diperlukan.
Sebagai contoh, Carbon nanotube (CNT) yang merupakan sebuah bentuk
kristal baru dari gugus karbon, yang tersusun dari beberapa atom karbon
berbentuk pipa dengan diameter beberapa nanometer, merupakan bahan baru
terkuat dengan kekuatan spesifik 48000 kNm/kg, yang berarti melebihi
kekuatan baja (154 kNm/kg) atau sekitar 300 kalinya. Carbon nanotube ini
juga di ketahui memiliki sifat unik lainnya seperti sifat listrik,
optik, dan lain sebagainya.
Dari
uraian diatas, saya ingin membuka cakrawala berfikir kita bahwa
nanoteknologi ini peluangnya sangat besar di dunia, dan secara khusus di
Indonesia. Karena Indonesia memiliki sumber daya alam lokal yang sangat
besar untuk diolah sebagai bahan baku nano. Nah, tantangannya adalah di
sektor mana nanoteknologi ini semestinya dikembangkan ?. Untuk menjawab
pertanyaan itu saya ingin
share bahwa kurang lebih hampir 2 bulan ini saya tergabung ke dalam tim
kajian penulisan buku putih tentang strategi pengembangan sub program
material maju dan nanoteknologi LIPI (Lembaga Ilmu Pengetahuan
Indonesia) dalam rangka peningkatan daya saing industri nasional. Buku
putih inilah yang kedepannya akan digunakan sebagai acuan dalam
pengambilan kebijakan oleh pemangku kepentingan baik pemerintah, lembaga
riset, lembaga akademis, dan industri. Jadi kedepannya, tema-tema riset
tentang nanoteknologi yang akan dikembangkan di Indonesia adalah yang
berkaitan dengan peningkatan daya saing industri nasional. Bahkan di
dunia sekalipun, penelitian tentang nanoteknologi ini rata-rata berada
pada start yang sama antar negara-negara di dunia, yang artinya saat ini
masing-masing negara sedang berlomba-lomba untuk leading dalam pengembangan
teknologi nano ini. Dari sini dapat disimpulkan bahwa perkembangan
nanoteknologi saat ini masih berupa embrio, yang artinya peluang untuk
mengembangkan teknologi ini masih terbuka lebar, baik dikalangan
akademisi, peneliti, maupaun industri.
Saat
ini,di Indonesia sendiri perkembangan nanoteknologi sedang memasuki
babak baru, yang tadinya riset-riset hanya dilakukan secara sporadis
tanpa arahan yang jelas. Namun
saat ini dan kedepannya cikal bakal arahan riset teknologi nano ini
semakin jelas, yaitu meningkatkan daya saing industri nasional. Industri
nasional adalah salah satu penyumbang PDB terbesar Indonesia. Sejak
tahun 2009 sumbangannya di atas 20 % dari total PDB dan terus meningkat
(BPS, 2000-2009). Menurut data the global competitiveness report tahun
2010-2011 yang dikeluarkan oleh World Economic Forum (WEF), menunjukkan
terjadinya peningkatan PDB Indonesia dari 3 tahun terakhir. Dari laporan
tersebut juga menyatakan bahwa peringkat daya saing global Indonesia
dari 139 negara adalah 44 di tahun 2010-2011 dimana sebelumnya menduduki
peringkat 55 tahun 2008-2009 dan 54 tahun 2009-2010. Hal ini menjadi
pertanda baik bagi indonesia untuk terus menanjak dari negara berkembang
menjadi negara maju. Namun, peringkat ini jika dibandingkan dengan
negara ASEAN lainnya masih tergolong rendah. Indonesia berada dibawah
Thailand dengan peringkat 36, Brunei Darussalan dengan peringkat 32,
Malaysia dengan peringkat 24 dan Singapura dengan peringkat 3. (The
Global Competitiveness Report, 2010-2011).
Dalam
perspektif makro, maka dengan meningkatnya daya saing industri nasional
tentunya PDB juga akan meningkat. Dan harapannya, akan terjadi
keselarasan dengan peningktan taraf hidup atau kesejahteraan masyarat
baik secara langsung maupun tak langsung.